PENALARAN TIDAK LANGSUNG PROPOSISI KATEGORIS
(INDUKSI)
Penalaran
tidak langsung adalah penalaran yang didasarkan atas dua proposisi atau lebih
sebagai premis kemudian di simpulkan.
Penalaran
tidak langsung ada tiga, yakni : Induksi, deduksi, dan penyimpulan kausal
Induksi
adalah proses berpikir di dalam akal kita dari pengetahuan tentang
kejadian atau pristiwa-pristiwa dan hal-hal yang lebih kongkrit dan khusus
untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih umum
Induksi
sesuai dengan definisi Aritoteles, yaitu proses peningkatan dari hal – hal yang
bersifat individual kepada yang bersifat universal. Dimana premisnya berupa
proposisi – proposisi singular, sedangkan kesimpulannya sebuah proposisi
universal yang berlaku secara umum. Maka induksi dalam bentuk ini disebut
generalisasi.
Ciri –
ciri induksi, yaitu sebagai berikut:
v Premis – premis dari induksi adalah proposisi
empiris yang langsung kembali kepada suatu observasi indra atau proposisi
dasar. Proposisi dasar menunjuk kepada fakta, yaitu observasi yang dapat di uji
kecocokannya dengan tangkapan indra. Pikiran tidak dapat mempersoalkan benar
tidaknya fakta, akan tetapi hanya dapat menerimanya.
v Kesimpulan penalaran induksi itu lebih luas
dari pada apa yang dinyatakan di dalam premis – premisnya.
v Kesimpulan induksi itu memiliki kredibilitas
rasional. Kredibilitas rasional disebut probabilitas. Probabilitas itu didukung
oleh pengalaman, artinya kesimpulan induksi menurut pengalaman biasanya cocok
dengan observasi indra atau biasa juga tidak seharusnya cocok.
Cara penalaran Induksi ada dua
keuntungan adalah sebagai berikut :
v Kita dapat berpikir secara ekonomis meskipun ekperimen kita
terbatas pada beberapa kasus indivudual
v Pernyataan yang di hasilkan melalui cara berpikir Induksi
memungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara Induktip dan Deduktip
Generalisasi
adalah penalaran yang menyimpulkan suatu kesimpulan bersifat umum dari premis –
premis yang berupa proposisi empiris.
Prinsip
yang menjadi dasar penalaran generalisasi dapat di rumuskan “sesuatu yang
beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan akan selalu
terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi”
Generalisasi
menurut Soekadijo (1994) harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut:
v Generalisasi harus tidak terbatas secara
numerik. Artinya, Generalisasi tidak boleh terikat kepada jumlah tertentu. Jika
dikatakan “semua A adalah B”, maka proposisi itu harus benar, berapapun jumlah
A. proposisi itu berlaku untuk setiap dan semua subjek yang memenuhi kondisi A.
v Generalisasi harus tidak terbatas secara
spasio – temporal, artinya tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu. Jadi
harus berlaku di mana saja dan kapan saja.
v Generalisasi harus dapat dijadikan dasar
pengandaian. Yang dimaksud dengan dasar pengandaian disini adalah dasar dari
yang disebut contrary-to- facts
conditional atau unfulfilled
conditionals.
Dalam
induksi, tidak ada kesimpulan yang memenuhi nilai kebenaran yang pasti. Yang
ada hanya kesimpulan dengan probabilitas terendah atau tinggi.
Factor
probabilitas adalah beberapa factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
probabilitas kesimpulan.
Soekadijo
(1994) berpendapat factor – factor probabilitas itu adalah sebagai berikut:
v Makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar
penalaran induksi, makin tinggi probabilitas kesimpulannya dan sebaliknya.
v Makin besar jumlah factor analogi di dalam
premis, makin rendah probabilitas kesimpulannya dan sebaliknya.
v Makin besar jumlah factor disanaloginya di
dalam premis, makin tinggi probabilitas kesimpulannya dan sebaliknya.
v Semakin luas kesimpulannya semakin rendah
probabilitasnya dan sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar