PROPOSAL
DAMPAK PENGAWET MAKANAN
BAGI KESEHATAN
Disusun oleh:
Nama :
FITRIANI
Nim : K11111020
Kelas :
Kesmas A
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2011-2012
1.
Latar
Belakang Masalah
Pangan secara umum bersifat mudah
rusak (perishable), karena kadar air yang terkandung di dalamnya sebagai faktor
utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu
pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat
aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak.
Kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah makanan tersebut masih
pantas dikonsumsi, secara tepat sulit dilaksanakan karena melibatkan
faktor-faktor nonteknik, sosial ekonomi, dan budaya suatu bangsa. Idealnya,
makanan tersebut harus: bebas polusi pada setiap tahap produksi dan penanganan
makanan, bebas dari perubahan-perubahan kimia dan fisik, bebas mikroba dan
parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau pembusukan (Winarno,1993).Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang dikonsumsi harus
memenuhi beberapa kriteria, di antaranya adalah aman, bergizi, bermutu, dan
dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat
Banyaknya
kasus keracunan makanan yang terjadi dimasyarakat saat ini mengindikasikan adanya kesalahan yang dilakukan masyarakat ataupun makanan dalam
mengolah dan mengawetkan bahan makanan yang dikonsumsi. Hal ini dapat
disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang berbagai hal
mengenai pengawetan makanan yang aman bagi kesehatan.
2. Identifikasi Masalah
Bersadarkan latar belakang masalah
yang telah penulis kemukakan diatas maka maka penulis mengidentifikasi
permasalahan yakni :
1) Apakah itu pengawetan makanan?
2) Apa saja jenis – jenis dari pengawet
makanan?
3) Bagaimana proses pengawetan makanan?
4) Apakah makanan yang diawetkan tidak
membahayakan kesehatan ?
3.
Batasan Masalah
Oleh karena banyaknya dan luasnya
permasalahan yang berhubungan dengan judul yang penulis angkat pada karya tulis
ini maka penulis akan mencoba melakukan pembatasan masalah guna untuk lebih
jelasnya permasalahan yang akan penulis kemukakan pada karya tulis ini, adapun
permasalahn yang akan penulis bahas adalah :
1) pengertian
pengawet makanan
2) jenis pengawet
makanan yang aman bagi kesehatan
3) dampak dari
pengawetan makanan bagi kesehatan
4. Rumusan
Masalah
Guna untuk
menyamakan persepsi antara penulis dengan pembaca dengan demikian akan membuat karya tulis ini
lebih bermanfaat oleh sebab itu penulis akan menghususkan karya tulis ini
kedalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apa yang
dimaksud dengan pengawetan makanan?
2) Apa jenis
pengawet makanan yang aman bagi kesehatan?
3) Apakah dampak
dari pengawetan makanan bagi kesehatan?
5. Tujuan
penelitian
Adapun tujuan dibuatnya karya tulis ini
adalah sebagai berikut :
1)
Penulis ingin menjelaskan tentang pengertian dari pengawetan makanan
2)
Penulis ingin mendeskripsikan jenis pengawet makanan yang
aman bagi kesehatan
3)
Penulis ingin menguraikan dampak dari pengawetan
makanan bagi kesehatan
6.
Kajian Pustaka
6.1 Pengertian
Pengawetan
Pengawetan
makanan adalah suatu proses penambahan zat lain baik yang bersifat alami atau
kimiawi yang bertujuan untuk membuat suatu makanan menjadi lebih tahan
lama bila dibadingkan dengan biasanya
6.2 Jenis – jenis pengawetan makanan
1.
Alamiah
a.
Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas suhu
pembekuan bahan yaitu -2 sampai +10°C. Cara pengawetan dengan suhu rendah
lainya yaitu pembekuan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan
beku yaitu pada suhu 12 sampai -24° C. Pembekuan cepat (quick freezing) di lakukan
pada suhu -24 sampai -40° C. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan
pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung pada macam bahan panganya,
sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau
kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan adalah
dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di dalam bahan pangan.
Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat membunuh bakteri,
sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari penyimpanan dan di
biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian
berjalan cepat kembali. Pendinginan dan pembekuan masing-masing juga berbeda
pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan sifat-sifat lainya.
Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpangan yang terlalu rendah.
b.
Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar
air yang dikandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air
bahan tersebut dikurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat
tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet
dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang
pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan
transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah.
Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah di
keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian. Di samping
keuntungan-keuntungannya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu
karena sifat asal bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya,
sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian yang
lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum
dipakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan.
Agar pengeringan dapat berlangsung, harus diberikan energi panas pada bahan
yang dikeringkan, dan diperlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk
keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini dapat juga di lakukan
secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi
pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang diambil berasal dari
semua permukaan bahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan
terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan
uap di udara, dan waktu pengeringan.
c.
Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan
yang berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis, perubahan
kadar air. Teknologi
pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya pengemas plastik yang dengan
drastis mendesak peranan kayu, karton, gelas dan metal sebagai bahan pembungkus
primer. Berbagai jenis bahan pengepak seperti tetaprak, tetabrik, tetraking
merupakan jenis teknologi baru bagi berbagai jus serta produk cair yang dapat
dikemas dalam keadaan qaseptiis steril. Sterilisasi bahan kemasan biasanya
dilakukan dengan pemberian cairan atau uap hydrogen peroksida dan sinar UV atau
radiasi gamma. Jenis generasi baru bahan makanan pengemas ialah lembaran plstik
berpori yang disebut Sspore 2226, sejenis platik yang memilki lubang – lubang .
Plastik ini sangat penting penngunaanya bila dibandingkan dengan plastic yang
lama yang harus dibuat lubang dahulu. Jenis plastic tersebut dapat menggeser
pengguanaan daun pisang dan kulit ketupat dalam proses pembuatan ketupat dan
sejenisnya.
d.
Pengalengan
Namun,
karena dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi komersial (bukan
sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain
(terutama yang bersifat tahan terhadap panas) yang dapat merusak isi apabila
kondisinya memungkinkan. Itulah sebabnya makanan dalam kaleng harus disimpan pada
kondisi yang sesuai, segera setelah proses pengalengan selesai. Pengalengan
didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara
hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam
suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua
mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis
memungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air,
kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.
e.
Penggunaan
bahan Kimia
Bahan
pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan bahan makanan dari
serangan makroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan
pewarna. Contoh beberapa jenis zat kimia : cuka, asam asetat, fungisida,
antioksidan, in-package desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth
regulatory untuk melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen
untuk memperpanjangkesegaran masam pemasaran. Nitogen cair sering digunakan
untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan kesegaran
dan rasanya yang nyaman. Suatu jenis regenerasi baru growth substance sintesis
yang disebut morfaktin telah ditemuakan dan diaplikasikan untuk mencengah
kehilangan berat secara fisiologis pada pasca panen, kerusakan karena kapang,
pemecahan klorofil serta hilangnya kerennyahan buah. Scott dkk (1982)
melaporkan bahwa terjadinya browning, kehilangan berat dan pembusukan buah leci
dapat dikurangi bila buah – buahan tersebut direndam dalam larutan binomial
hangat (0,05%, 52°C ) selama 2 menit dan segera di ikuti dengan pemanasan PVC
(polivinil klorida ) dengan ketebalan 0,001 mm.
f.
Pemanasan
Penggunaan
panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan sangat berpengaruh pada
bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan seperti halnya susu dan kapri serta
daging, sangat peka terhadap susu tinggi karena dapat merusak warna maupun
rasanya. Sebaliknya, komoditi lain misalnya jagung dan kedelai dapat menerima
panas yang hebat karena tanpa banyak mengalami perubahan. Pada umumnya semakin
tinggi jumlah panas yang di berikan semakin banyak mikroba yang mati. Pada
proses pengalengan, pemanasan di tujukan untuk membunuh seluruh mikroba yang
mungkin dapat menyebabkan pembusukan makanan dalam kaleng tersebut, selama penanganan
dan penyimpanan. Pada proses pasteurisasi, pemanasan di tujukan untuk
memusnahkan sebagian besar mikroba pembusuk, sedangkan sebagian besar mikroba
yang tertinggal dan masih hidup terus di hambat pertumbuhanya dengan
penyimpanan pada suhu rendah
2. Kimiawi
a. Teknik Fermentasi
Fermentasi bukan hanya berfungsi sebagai pengawet sumber
makanan, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Salah satumya fermentasi dengan
menggunakan bakteri laktat pada bahan pangan akan menyebabkan nilai pH pangan
turun di bawah 5.0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri fekal yaitu
sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan menyebabkanakan muntah-muntah, diare,
atau muntaber.
Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba dengan habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar ataupun laut), tanah, lumpur, maupun batuan. tercatat delapan jenis bakteri laktat, antara lain Lacobacillus acidophilus, L fermentum, L brevis,dll
Asam laktat yang dihasilkan bakteri dengan nilai pH (keasaman) 3,4-4 cukup untuk menghambat sejumlah bakteri perusak dan pembusuk bahan makanan dan minuman. Namun, selama proses fermentasi sejumlah vitamin juga di hasilnhkan khususnya B-12. Bakteri laktat juga menghasilkan lactobacillin (laktobasilin), yaitu sejenis antibiotika serta senyawa lain yang berkemampuan menontaktifkan reaksi kimia yang dihasilkan oleh bakteri fekal di dalam tubuh manusia dan bahkan mematikannya , Senyawa lain dari bakteri laktat adalah NI (not yet identified atau belum diketahui). NI bekerja menghambat enzim 3-hidroksi 3-metil glutaril reduktase yang akan mengubah NADH menjadi asam nevalonat dan NAD. Dengan demikian, rangkaian senyawa lain yang akan membentuk kolesterol dan kanker akan terhambat.
Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba dengan habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar ataupun laut), tanah, lumpur, maupun batuan. tercatat delapan jenis bakteri laktat, antara lain Lacobacillus acidophilus, L fermentum, L brevis,dll
Asam laktat yang dihasilkan bakteri dengan nilai pH (keasaman) 3,4-4 cukup untuk menghambat sejumlah bakteri perusak dan pembusuk bahan makanan dan minuman. Namun, selama proses fermentasi sejumlah vitamin juga di hasilnhkan khususnya B-12. Bakteri laktat juga menghasilkan lactobacillin (laktobasilin), yaitu sejenis antibiotika serta senyawa lain yang berkemampuan menontaktifkan reaksi kimia yang dihasilkan oleh bakteri fekal di dalam tubuh manusia dan bahkan mematikannya , Senyawa lain dari bakteri laktat adalah NI (not yet identified atau belum diketahui). NI bekerja menghambat enzim 3-hidroksi 3-metil glutaril reduktase yang akan mengubah NADH menjadi asam nevalonat dan NAD. Dengan demikian, rangkaian senyawa lain yang akan membentuk kolesterol dan kanker akan terhambat.
Di beberapa
kawasan Indonesia, tanpa disadari makanan hasil fermentasi laktat telah lama
menjadi bagian di dalam menu makanan sehari-hari. Yang paling terkenal tentu
saja adalah asinan sayuran dan buah-buahan. Bahkan selama pembuatan kecap,
tauco, serta terasi, bakteri laktat banyak dilibatkan. Bekasam atau bekacem
dari Sumatera bagian Selatan, yaitu ikan awetan dengan cara fermentasi bakteri
laktat, bukan saja merupakan makanan tradisional yang digemari, tetapi juga
menjadi contoh pengawetan secara biologis yang luas penggunaannya. (F:\Suara Merdeka Edisi Cetak.mht)
b.
Teknik Iradiasi
Iradiasi adalah
proses aplikasi radiasi energi pada suatu sasaran, seperti pangan. Menurut Maha
(1985), iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk pemakaian energi radiasi
secara sengaja dan terarah. Sedangkan menurut Winarno et al. (1980), iradiasi
adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan
sumber iradiasi buatan.
Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya. Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh dan gelombang radiasi pengion adalah radiasi partikel Contoha,belektromagnetik digunakangradiasi pengion yang disebut terakhir ini paling banyak (Sofyan, 1984; Winarno et al., 1980).
Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan.
Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya. Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh dan gelombang radiasi pengion adalah radiasi partikel Contoha,belektromagnetik digunakangradiasi pengion yang disebut terakhir ini paling banyak (Sofyan, 1984; Winarno et al., 1980).
Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan.
Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah
energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis
pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis
khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang
digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan
tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga
tidak dapat diterima konsumen
Keamanan pangan iradiasi merupakan faktor terpenting yang harus diselidiki sebelum menganjurkan penggunaan proses iradiasi secara luas. Hal yang membahayakan bagi konsumen bila molekul tertentu terdapat dalam jumlah banyak pada bahan pangan, berubah menjadi senyawa yang toksik, mutagenik, ataupun karsinogenik sebagai akibat dari proses iradiasi.
Keamanan pangan iradiasi merupakan faktor terpenting yang harus diselidiki sebelum menganjurkan penggunaan proses iradiasi secara luas. Hal yang membahayakan bagi konsumen bila molekul tertentu terdapat dalam jumlah banyak pada bahan pangan, berubah menjadi senyawa yang toksik, mutagenik, ataupun karsinogenik sebagai akibat dari proses iradiasi.
6.3
Dampak Pengawetan Makanan
6.3.1
Dampak Negatif
peredaran bahan pengawet
saat ini sangat tidak terkendali, terlebih bahan pengawet yang bernama formalin
dan borak. Banyaknya masyarakat yang tidak tahu akan dampak negatif dari
bahan-bahan tersebut menambah leluasanya barang itu bredar disekitar kita.
a. Efek
akut berupa tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah
dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit
kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma.
Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas,
sistem susunan syaraf pusat dan ginjal
b. Efek
kronis berupa timbul iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala
pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di
dada. Bila dikonsumsi menahun dapat menyebabkan kanker.
6.3.2 dampak
positif
Adapun keuntungan atau dampak positif dari
pengawetan makanan antara lain :
1. Makanan dapat
tahan lebih lama
2. Kandungan gizi
tidak terlalu banyak berkurang
7.
Metode Penelitian
7.1
Metode yang digunakan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode
penjelasan suatu masalah. Selain itu metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksplanatori, yaitu metode yang menjelaskan apa, bagaimana hasil
dari pada penelitian itu sendiri.
7.2
Latar
Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan melalui deskripsi media cetak yang
dapat kita peroleh pada perpustakaan – perpustakaan, dan toko buku yang
ada di sekitar kita.
7.3 Sumber Data
Dengan melakukan kunjungan pustaka dan reverensi terhadap beberapa buku
dan majalah yang terdapat di toko – toko buku yang ada di Kasikan serta d
melakukan Browssing pada situs – situs internet yang berhubungan dengan judul
yang penulis angkat.
7.4 Teknik
Pengumpulan Data
Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Study
Kepustakaan.Dalam teknik ini menjadikan buku – buku dan
majalah yang berhubungan dengan penelitian sebagai referensi dan
melakukan browsing di internet, sehingga ada korelasi antara judul karya
tulis dengan teori serta pelaksanaan penelitian itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan
Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999
UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan,
semoga bermanfaat.... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar