5. Simpan widget dan preview Blog Anda Jika Anda sudah memiliki tombol google + di atas atau di bawah posting Anda, kemungkinan widget tersebut tidak muncul. Silakan hapus kode berwarna merah jika sobat mau menghapusnya, karena mungkin bisa mempercepat loading blog. Jika Anda menggunakan template gelap / dark template, Silakan Anda dapat mencoba kode di bawah ini:

Minggu, 09 Desember 2012

tugas antropologi HIV/AIDS


Tugas
ANTROPOLOGI SOSIAL
*HIV/AIDS*
Disusun oleh:
KELOMPOK 1 (SATU)
*     Riana                                K111 11 004
*     Hajar Hasan             K111 11 008
*     Sri Lina Safitri         K111 11 016
*     Fitriani                     K111 11 020
*     Sukmawati                        K111 11 026
*     Dwi Astuti R             K111 11 029

Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
2011/2012


KATA PENGANTAR
        Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Di dalam proses penulisan makalah ini, penyusun banyak menemui berbagai kesulitan baik dalam penggunaan bahasa, teknik penyusunan, maupun dalam penyediaan materi. Akan tetapi, berkat ketekunan dan kesabaran penyusun serta dorongan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga kesulitan ini dapat diatasi. Olehnya itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada,
1.     Dosen mata kuliah Antropologi social yang bersedia meluangkan waktu dan tenaga sampai terselesainya makalah ini.
2.    Orang tua penyusun yang senantiasa memberikan dorongan dan bantuan baik berupa materiil maupun spiritual dalam menyelesaikan makalah ini.
3.    Pihak-pihak lain yang tidak sempat disebutkan satu persatu dan berusaha membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Di dalam makalah ini tentunya terdapat kekurangan. Olehnya itu, penyusun memohon maaf atas kekurangan tersebut.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai Hiv/Aids

Makassar,  1 Juni 2012

Penulis

A.  HIV/AIDS
*       HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
*       AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
*       Penularan
HIV dapat menular ke orang lain melalui :
       Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
       Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
       Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
       Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)

HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.

*       Ciri ciri HIV yang biasanya penderita dapatkan, seperti:
       Pada penderita yang telah terkena AIDS akan tampak lesu, lesu dan lemah. Rentan untuk segala macam penyakit.
       Pada fase berat, penderita AIDS akan terlihat sangat kurus, pupil melebar, lemas dan lemah akan berbaring menunggu mati.
*       Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
  1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
  2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
  4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
  5. Dimensia/HIV ensefalopati
*        Gejala minor/Kecil :
  1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
  2. Dermatitis generalisata yang gatal
  3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
  4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
*       HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
  1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
  2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
  3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
  4. Bayi yang ibunya positif HIV
*       HIV dapat dicegah dengan memutus rantai penularan, yaitu:
1)    Menggunakan kondom pada setiap hubungan seks berisiko,
2)    Tidak menggunakan jarum suntik secara bersam-sama, dan
3)    Sedapat mungkin tidak memberi ASI pada anak bila ibu positif HIV.
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi ada obat untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus diminum sepanjang hidup.
*        Skrining Dengan Teknologi Modern
Sebagian besar test HIV adalah test antibodi yang mengukur antibodi yang dibuat tubuh untuk melawan HIV. Ia memerlukan waktu bagi sistim imun untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk dideteksi oleh test antibodi. Periode waktu ini dapat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Periode ini biasa disbut sebagai ‘periode jendela’. Sebagian besar orang akan mengembangkan antibodi yang dapat dideteksi dalam waktu 2 sampai 8 minggu. Bagaimanapun, terdapat kemungkinan bahwa beberapa individu akan memerlukan waktu lebih lama untuk mengembangkan antibodi yang dapat terdeteksi. Maka, jika test HIV awal negatif dilakukan dalam waktu 3 bulan setelah kemungkinan pemaparan kuman, test ulang harus dilakukan sekitar 3 bulan kemudian, untuk menghindari kemungkinan hasil negatif palsu. 97% manusia akan mengembangkan antibodi pada 3 bulan pertama setelah infeksi HIV terjadi. Pada kasus yang sangat langka, akan diperlukan 6 bulan untuk mengembangkan antibodi terhadap HIV.
Tipe test yang lain adalah test RNA, yang dapat mendeteksi HIV secara langsung. Waktu antara infeksi HIV dan deteksi RNA adalah antara 9-11 hari. Test ini, yang lebih mahal dan digunakan lebih jarang daripada test antibodi, telah digunakan di beberapa daerah di Amerika Serikat.
Dalam sebagian besar kasus, EIA (enzyme immunoassay) digunakan pada sampel darah yang diambil dari vena, adalah test skrining yang paling umum untuk mendeteksi antibodi HIV. EIA positif (reaktif) harus digunakan dengan test konformasi seperti Western Blot untuk memastikan diagnosis positif.
Ada beberapa tipe test EIA yang menggunakan cairan tubuh lainnya untuk menemukan antibodi HIV. Mereka adalah
         Test Cairan Oral. Menggunakan cairan oral (bukan saliva) yang dikumpulkan dari mulut menggunakan alat khusus. Ini adalah test antibodi EIA yang serupa dengan test darah dengan EIA. Test konformasi dengan metode Western Blot dilakukan dengan sampel yang sama.
         Test Urine. Menggunakan urine, bukan darah. Sensitivitas dan spesifitas dari test ini adalah tidak sebaik test darah dan cairan oral. Ia juga memerlukan test konformasi dengan metode Western Blot dengan sampel urine yang sama.
Jika seorang pasien mendapatkan hasil HIV positif, itu tidak berarti bahwa pasangan hidup dia juga positif. HIV tidak harus ditransmisikan setiap kali terjadi hubungan seksual. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah pasangan hidup pasien tersebut mendapat HIV positif atau tidak adalah dengan melakukan test HIV terhadapnya. Test HIV selama kehamilan adalah penting, sebab terapi anti-viral dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan kemungkinan dari wanita hamil yang HIV positif untuk menularkan HIV pada anaknya pada sebelum, selama, atau sesudah kelahiran. Terapi sebaiknya dimulai seawal mungkin pada masa kehamilan.
Di Indonesia, rumah sakit besar di ibu kota provinsi telah menyediakan fasilitas untuk test HIV/AIDS. Di Jakarta, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah sakit lain juga sudah memiliki fasilitas untuk itu. Di Bandung, RS Hasan Sadikin juga sudah memiliki fasilitas yang sama
B.  Epidemologi
*       KasusHIV/AIDS tertinggi ditemukan pada:
v  usia20-29 tahun: 45,5%
v  usia30-39 tahun: 29,1%
v  usia40-49 tahun: 11,9%
Kelompok umur tersebut mempunyai risiko penularan lebihtinggi untuk tertular HIV/AIDS karena merupakan kelompoks eksualaktif
*       secara Global
Epidemiologi HIV DAN AIDS di Dunia Menurut laporan terakhir dari UNAIDS tahun 2007, didapatkan data sebagai berikut :
Jumlah Odha 2007 § Total 33,2 Juta (30,6 – 36,1 Juta)
Orang yang baru terinfeksi HIV 2007 § Total 2,5 Juta (1,8 – 4,1 Juta)
Kematian akibat AIDS 2007 § Total Juta (1,9 – 2,4 Juta)
Dewasa – 33,6 Juta
Dewasa (1,4 -3,6 Juta)
Dewasa 1,7 Juta (1,6 – 2,1 Juta)
Perempuan 15,4 Juta (13,9 – 16,6 Juta)
Anak <15 th 420.000 (350.000 &ndash; 540.000)
Anak <15 th 330.000 (310.000 380.000)
Anak <15 th 2,5 Juta (2,2 &ndash; Juta)


*       secara Nasional (Indonesia)
       Epidemiologi HIV DAN AIDS Nasional Lebih 6,5 Juta perempuan di Indonesia menjadi populasi rawan tertular dan menularkan HIV (data 2007):
1)    Lebih dari 24.000 perempuan usia subur di Indonesia telah terinfeksi HIV
2)   Lebih dari 9.000 perempuan HIV+ hamil dalam setiap tahunnya di Indonesia dan
3)   Lebih dari 30% diantaranya melahirkan bayi yang tertular bila tak ada PMTCT
       Secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS Di Indonesia  sejak 1 Januari 1987 s.d. 30 Juni 2008, terdiri dari:
1)   6277 HIV
2)   12686 AIDS
Jumlah HIV dan AIDS: 18.963 dengan kematian: 2479

*       Lokal (Sulawesi Selatan)
Di Kawasan Timur Indonesia, Sulawesi Selatan adalah provinsi terbesar kedua setelah Papua dalam hal tingkat pandemi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Semua wilayah kabupaten/kota didalam wilayah propinsi Sulawesi Selatan telah ditemukan kasus HIV/AIDS. Tiga diantaranya yang tertinggi adalah Makassar, Parepare, dan Bulukumba. Bahkan, Kota Makassar disebut masuk peringkat tiga kota penderita HIV/AIDS tertinggi di Indonesia, setelah Jayapura dan Jakarta. Rata-rata penderita berada pada usia produktif berstatus anak sekolah, mahasiswa dan pekerja dengan perkiraan mencapai 7.500-8.000 kasus. Kota Makassar menjadi salah satu kota di Indonesia dengan peningkatan cepat jumlah yang terinfeksi HIV dan AIDS pada tahun 2010, yaitu 3.058 orang dengan sebaran 2.390 HIV dan 668 AIDS.
Penyebaran kasus HIV/AIDS mulai menyasar penduduk diluar Kota Makassar. Kota Parepare merupakan daerah yang memiliki penduduk terbesar yang warganya terjangkit HIV/AIDS mencapai 121 orang yang dideteksi terjangkit HIV/AIDS. Kabupaten Bulukumba yang terkenal dengan perda syariat Islamnya sebanyak 88 orang hingga Mei 2011, disusul Gowa dengan jumlah penderita mencapai 81 orang. Luwu Utara merupakan daerah dengan jumlah penderita terkecil sebanyak dua orang (Fajar, 26/6/2011).
Kasus Kabupaten Bulukumba dengan Perda Syariat Islam rupanya tidak mampu membendung penyebaran HIV/AIDS. Data terlapor tahun 2011 menunjukkan trend peningkatan dengan jumlah penderita mencapai 88 orang dengan potensi penularan hingga 1.408 orang. Mayoritas penderita HIV/AIDS adalah anak usia remaja yakni antara 20 hingga 30 tahun. Jumlah penderita HIV/AIDS di Bulukumba berbanding lurus dengan tindakan penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya (satuportal.net).
Namun, suatu kondisi kontradiktif terjadi ketika Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menerima penghargaan atas komitmennya dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS. Sulsel menerima penghargaan tersebut berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan selama Juli hingga Desember 2010 dengan 10 indikator. Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Sulsel kemudian ditetapkan berada pada peringkat kedua terbaik secara nasional, sementara Pemprov Sulsel juga dinilai sangat peduli terhadap upaya pemberdayaan yang dilakukan pemerintah kabupaten dan kota untuk mendukung program penanggulangan penyakit mematikan ini. Biro Bina Napza dan HIV/AIDS Pemprov serta KPA Sulsel dinilai aktif memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk inovatif tentang langkah dan upaya penanggulangan HIV/AIDS (Antaranews).



o   Di Sulsel thn 2006 : low prevalence level mengarah kpd concentrated level epidemic
§  Adanya peningkatan prevalensi pd kel sub populasi tertentu
·         Pengguna IDUs 70 % ( Sumber Data dari RS & VCT)
·         Napi (dibeberapa LP) 7,08  %- 11,89 %,
·         waria : 8,70 %
·          PSK /pramuria : 3,57 % - 9,09 %
C.    Pencegahan
1)   Pencegahan ABC
ABC adalah konsep global yang ditawarkan ke setiap negara untuk mengajak rakyatnya secara bersama-sama menanggulangi pewabahan HIV sebagai persoalan global. Karena itu, ABC pada praksisnya harus bersifat inklusif , sinergi dengan sasaran yang jelas, tepat sasaran, sesuai dengan kenyataan yang ada dan berkembang didalam masyarakat tersebut. Memahami konsep ABC tanpa ditempatkan masyarakat sebagai penerima pesan dan pelaku secara inklusit dengan ketepatan sasaran, yang terjadi adalah bias pemaknaan dan pelaksanaan. ABC adalah satu kesatuan dalam ikatan –ikatan kerja “pilahan” dengan focus sasaran. A, B dan C dalam memutus matarantai penyabaran HIV. Rangkaian dari bidang kerja-kerja tersebut akan menghasilkan ikatan yang tidak bisa dilepas dari pemahaman sebuah komunitas, bangsa bernegara atau masyarakat bumi, sebagai konsep “bersama” memutus matarantai penyebaran HIV . ABC adalah bangunan dari sebuah masyarakat, yang terdiri dari anak-anak, orang dewasa dan orang tua, didalamnya ada perilaku, budaya dan nilai yang disepakati sebagai “nilai universal” untuk menjadi masyarakat bumi yang berkemanusiaan. ABC sebagai “kesataun” memperlihatkan gerak sinergi untuk berkerja “bersama” dalam ruang dan waktu yang sama semua elemen masyarakat untuk bersama-sama mencegah lajunya pewabahan HIV. ABC sebagai “pilahan” memperlihatkan pembagaian sasaran , dan ruang yang tegas sebagai penghargaan perbedaan tapi punya kemauan yang sama untuk melakukan kerja-kerja memutus matarantai penyebaran HIV.
A= Abstinence
Abstinence adalah tidak berhubungan dengan orang lain selain pasangan. Aabstinence merupakan prinsip awal untuk mencegah tertular virus HIV/AIDS. Dengan menerapkan abstinence berhubungan dengan selain pasangan akan melingdungi kita dari penyebaran HIV/AIDS.
B= Be Faithful
Be faithful (setia) berarti melakukan hubungan seks hanya dengan pasangan saja.
C= Condom
Condom artinya gunakan kondom saat berhubungan seks.

2)   Pencegahan dari ibu ke anak
a.    Pengobatan
 Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis kepada anak dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan, dan kepada sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan, risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum, efektivitas regimen obat-obatan akan sirna bila bayi terus terpapar pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya hanya dipakai di bawah pengawasan medis.

b.    Operasi ceasar
Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.
c.    Menghindari pemberian ASI
Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.









Contoh Kasus
*       Person who infected HIV/AIDS
orang yang terinfeksi HIV/AIDS  yaitu dengan ciri – ciri sebagai berikut:
       Female : perempuan
       25 years old : berumur 25 tahun
       Have graduated in senior high school  : lulusan SMA
       Low knowledge: berpengetahuan rendah
       Poor family: dari keluarga kurang mampu
       Heteroseksual: menyukai lawan  jenis
       Married : telah menikah
       Have 4 kids: memiliki 4 anak
       Housewife: seorang ibu rumah tangga
       Husband-employed (32 years old) : memiliki suami dengan umur 32 tahun.




*       Husband Condition
       Free sex before married : melakukan hubungan seks sebelum menikah
       Civil servant : bekerja sebagai PNS
       His wife is his neighbour in village : memiliki istri dari tetangganya di desa
       Infected HIV in 29 years old : terinfeksi HIV/AIDS pada umur 29 tahun.
*       Socio-economic condition
       Income middle
       High living expenses of dependents 4 kids: 1)  5 years old; 2) 4 years old; 3) 3 years old infected HIV; 4) 1 years old infected HIV
       Living in a suburb





*       biological vulnerability
       Young mother with 4 kids (19 years old married)
       Women
       Nutritional deficiencies
       levels of labile emotions tend (high stress levels)
*       conclusion
       The women has infected HIV positive from her husband can infect her child
       The feminization of HIV Epidemic









DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar