Tugas
ANTROPOLOGI
SOSIAL
*HIV/AIDS*
Disusun
oleh:
KELOMPOK
1 (SATU)
Riana K111 11 004
Hajar
Hasan K111 11 008
Sri Lina
Safitri K111 11 016
Fitriani K111 11 020
Sukmawati K111 11 026
Dwi
Astuti R K111 11 029
Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas
Hasanuddin
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan
ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Di dalam proses penulisan makalah ini, penyusun banyak menemui berbagai
kesulitan baik dalam penggunaan bahasa, teknik penyusunan, maupun dalam
penyediaan materi. Akan tetapi, berkat ketekunan dan kesabaran penyusun serta
dorongan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga kesulitan ini
dapat diatasi. Olehnya itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada,
1.
Dosen mata kuliah Antropologi social yang bersedia meluangkan waktu dan tenaga sampai terselesainya makalah ini.
2.
Orang tua penyusun yang
senantiasa memberikan dorongan dan bantuan baik berupa materiil maupun
spiritual dalam menyelesaikan makalah ini.
3.
Pihak-pihak lain yang
tidak sempat disebutkan satu persatu dan berusaha membantu penyusun dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Di dalam
makalah ini tentunya terdapat kekurangan. Olehnya itu, penyusun memohon maaf
atas kekurangan tersebut.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai Hiv/Aids
Makassar, 1 Juni 2012
Penulis
A. HIV/AIDS
HIV adalah singkatan
dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara
menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan
penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
AIDS adalah singkatan
dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari
perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan
waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh
yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak
oleh Virus HIV.
Penularan
HIV dapat menular ke orang lain melalui :
•
Hubungan seksual
(anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang
telah terinfeksi HIV.
•
Jarum
suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
•
Mendapatkan
transfusi darah yang mengandung virus HIV
•
Ibu penderita HIV
Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air
susu ibu (ASI)
HIV tidak ditularkan melalui
hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman
biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam
renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah
bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau
AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga
(anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.
Lebih dari 80%
infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi
proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan
anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang
pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun
demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS
mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.
Ciri ciri HIV yang biasanya penderita dapatkan, seperti:
•
Pada penderita
yang telah terkena AIDS akan tampak lesu, lesu dan lemah. Rentan untuk segala
macam penyakit.
•
Pada fase berat,
penderita AIDS akan terlihat sangat kurus, pupil melebar, lemas dan lemah akan
berbaring menunggu mati.
Tanda-tanda
klinis penderita AIDS :
- Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
- Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor/Kecil :
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata yang gatal
- Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV
dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko
besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
- Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
- Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
- Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
- Bayi yang ibunya positif HIV
HIV dapat dicegah dengan memutus rantai
penularan, yaitu:
1)
Menggunakan
kondom pada setiap hubungan seks berisiko,
2)
Tidak menggunakan jarum suntik secara
bersam-sama, dan
3)
Sedapat mungkin tidak memberi ASI pada anak
bila ibu positif HIV.
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat
mengobati AIDS, tetapi ada obat untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga
kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus diminum sepanjang hidup.
Skrining Dengan Teknologi Modern
Sebagian besar test HIV adalah test
antibodi yang mengukur antibodi yang dibuat tubuh untuk melawan HIV. Ia
memerlukan waktu bagi sistim imun untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk
dideteksi oleh test antibodi. Periode waktu ini dapat bervariasi antara satu
orang dengan orang lainnya. Periode ini biasa disbut sebagai ‘periode jendela’.
Sebagian besar orang akan mengembangkan antibodi yang dapat dideteksi dalam
waktu 2 sampai 8 minggu. Bagaimanapun, terdapat kemungkinan bahwa beberapa
individu akan memerlukan waktu lebih lama untuk mengembangkan antibodi yang
dapat terdeteksi. Maka, jika test HIV awal negatif dilakukan dalam waktu 3 bulan
setelah kemungkinan pemaparan kuman, test ulang harus dilakukan sekitar 3 bulan
kemudian, untuk menghindari kemungkinan hasil negatif palsu. 97% manusia akan
mengembangkan antibodi pada 3 bulan pertama setelah infeksi HIV terjadi. Pada
kasus yang sangat langka, akan diperlukan 6 bulan untuk mengembangkan antibodi
terhadap HIV.
Tipe test yang lain adalah test RNA,
yang dapat mendeteksi HIV secara langsung. Waktu antara infeksi HIV dan deteksi
RNA adalah antara 9-11 hari. Test ini, yang lebih mahal dan digunakan lebih
jarang daripada test antibodi, telah digunakan di beberapa daerah di Amerika
Serikat.
Dalam sebagian besar kasus, EIA (enzyme
immunoassay) digunakan pada sampel darah yang diambil dari vena, adalah test
skrining yang paling umum untuk mendeteksi antibodi HIV. EIA positif (reaktif)
harus digunakan dengan test konformasi seperti Western Blot untuk
memastikan diagnosis positif.
Ada beberapa tipe test EIA yang menggunakan
cairan tubuh lainnya untuk
menemukan antibodi HIV. Mereka adalah
Test Cairan Oral. Menggunakan
cairan oral (bukan saliva) yang dikumpulkan dari mulut menggunakan alat khusus.
Ini adalah test antibodi EIA yang serupa dengan test darah dengan EIA. Test
konformasi dengan metode Western Blot dilakukan dengan sampel yang sama.
Test Urine. Menggunakan urine,
bukan darah. Sensitivitas dan spesifitas dari test ini adalah tidak sebaik test
darah dan cairan oral. Ia juga memerlukan test konformasi dengan metode Western
Blot dengan sampel urine yang sama.
Jika seorang pasien mendapatkan
hasil HIV positif, itu tidak berarti bahwa pasangan hidup dia juga positif. HIV
tidak harus ditransmisikan setiap kali terjadi hubungan seksual. Satu-satunya
cara untuk mengetahui apakah pasangan hidup pasien tersebut mendapat HIV
positif atau tidak adalah dengan melakukan test HIV terhadapnya. Test HIV
selama kehamilan adalah penting, sebab terapi anti-viral dapat meningkatkan kesehatan
ibu dan menurunkan kemungkinan dari wanita hamil yang HIV positif untuk
menularkan HIV pada anaknya pada sebelum, selama, atau sesudah kelahiran.
Terapi sebaiknya dimulai seawal mungkin pada masa kehamilan.
Di Indonesia, rumah sakit besar
di ibu kota provinsi telah menyediakan fasilitas untuk test HIV/AIDS. Di
Jakarta, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah sakit lain juga sudah
memiliki fasilitas untuk itu. Di Bandung, RS Hasan Sadikin juga sudah memiliki
fasilitas yang sama
B. Epidemologi
KasusHIV/AIDS
tertinggi ditemukan pada:
v
usia20-29 tahun:
45,5%
v
usia30-39 tahun:
29,1%
v
usia40-49 tahun:
11,9%
Kelompok umur tersebut mempunyai risiko penularan lebihtinggi
untuk tertular HIV/AIDS karena merupakan kelompoks eksualaktif
secara Global
Epidemiologi HIV DAN AIDS di Dunia
Menurut laporan terakhir dari UNAIDS tahun 2007, didapatkan data sebagai
berikut :
Jumlah Odha 2007 § Total 33,2 Juta (30,6
– 36,1 Juta)
|
Orang yang baru terinfeksi HIV 2007 § Total 2,5 Juta (1,8 –
4,1 Juta)
|
Kematian akibat AIDS 2007 § Total Juta (1,9
– 2,4 Juta)
|
Dewasa – 33,6 Juta
|
Dewasa (1,4 -3,6 Juta)
|
Dewasa 1,7 Juta (1,6 – 2,1 Juta)
|
Perempuan 15,4 Juta (13,9 – 16,6 Juta)
|
Anak <15 th 420.000 (350.000 – 540.000)
|
Anak <15 th 330.000 (310.000 380.000)
|
Anak <15 th 2,5 Juta (2,2 – Juta)
|
secara Nasional (Indonesia)
•
Epidemiologi HIV
DAN AIDS Nasional Lebih 6,5 Juta perempuan di Indonesia menjadi populasi rawan
tertular dan menularkan HIV (data 2007):
1) Lebih dari 24.000
perempuan usia subur di Indonesia telah terinfeksi HIV
2) Lebih dari 9.000 perempuan HIV+ hamil dalam setiap tahunnya di
Indonesia dan
3) Lebih dari 30% diantaranya melahirkan bayi yang tertular bila tak
ada PMTCT
•
Secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS Di Indonesia
sejak 1 Januari 1987 s.d. 30 Juni 2008, terdiri dari:
1)
6277 HIV
2)
12686 AIDS
Jumlah HIV dan AIDS: 18.963 dengan
kematian: 2479
Lokal (Sulawesi Selatan)
Di Kawasan Timur Indonesia, Sulawesi
Selatan adalah provinsi terbesar kedua setelah Papua dalam hal tingkat pandemi
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).
Semua wilayah kabupaten/kota didalam wilayah propinsi Sulawesi Selatan telah
ditemukan kasus HIV/AIDS. Tiga diantaranya yang tertinggi adalah Makassar,
Parepare, dan Bulukumba. Bahkan, Kota Makassar disebut masuk peringkat tiga
kota penderita HIV/AIDS tertinggi di Indonesia, setelah Jayapura dan Jakarta.
Rata-rata penderita berada pada usia produktif berstatus anak sekolah,
mahasiswa dan pekerja dengan perkiraan mencapai 7.500-8.000 kasus. Kota
Makassar menjadi salah satu kota di Indonesia dengan peningkatan cepat jumlah
yang terinfeksi HIV dan AIDS pada tahun 2010, yaitu 3.058 orang dengan sebaran
2.390 HIV dan 668 AIDS.
Penyebaran kasus HIV/AIDS mulai
menyasar penduduk diluar Kota Makassar. Kota Parepare merupakan daerah yang
memiliki penduduk terbesar yang warganya terjangkit HIV/AIDS mencapai 121 orang
yang dideteksi terjangkit HIV/AIDS. Kabupaten Bulukumba yang terkenal dengan
perda syariat Islamnya sebanyak 88 orang hingga Mei 2011, disusul Gowa dengan
jumlah penderita mencapai 81 orang. Luwu Utara merupakan daerah dengan jumlah
penderita terkecil sebanyak dua orang (Fajar, 26/6/2011).
Kasus Kabupaten Bulukumba dengan Perda
Syariat Islam rupanya tidak mampu membendung penyebaran HIV/AIDS. Data terlapor
tahun 2011 menunjukkan trend peningkatan dengan jumlah penderita mencapai 88
orang dengan potensi penularan hingga 1.408 orang. Mayoritas penderita HIV/AIDS
adalah anak usia remaja yakni antara 20 hingga 30 tahun. Jumlah penderita
HIV/AIDS di Bulukumba berbanding lurus dengan tindakan penyalahgunaan narkotika
dan zat adiktif lainnya (satuportal.net).
Namun, suatu kondisi kontradiktif
terjadi ketika Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menerima penghargaan atas
komitmennya dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS. Sulsel menerima penghargaan
tersebut berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan selama
Juli hingga Desember 2010 dengan 10 indikator. Komisi Penanggulangan HIV/AIDS
(KPA) Sulsel kemudian ditetapkan berada pada peringkat kedua terbaik secara
nasional, sementara Pemprov Sulsel juga dinilai sangat peduli terhadap upaya
pemberdayaan yang dilakukan pemerintah kabupaten dan kota untuk mendukung
program penanggulangan penyakit mematikan ini. Biro Bina Napza dan HIV/AIDS
Pemprov serta KPA Sulsel dinilai aktif memberikan bimbingan, arahan dan
petunjuk inovatif tentang langkah dan upaya penanggulangan HIV/AIDS
(Antaranews).
o
Di Sulsel thn
2006 : low prevalence level →
mengarah kpd concentrated level epidemic
§
Adanya
peningkatan prevalensi pd kel sub populasi tertentu
·
Pengguna IDUs 70
% ( Sumber Data dari RS & VCT)
·
Napi (dibeberapa
LP) 7,08 %- 11,89 %,
·
waria : 8,70 %
·
PSK /pramuria : 3,57 % - 9,09 %
C.
Pencegahan
1)
Pencegahan ABC
ABC
adalah konsep global yang ditawarkan ke setiap negara untuk mengajak rakyatnya
secara bersama-sama menanggulangi pewabahan HIV sebagai persoalan global.
Karena itu, ABC pada praksisnya harus bersifat inklusif , sinergi dengan
sasaran yang jelas, tepat sasaran, sesuai dengan kenyataan yang ada dan
berkembang didalam masyarakat tersebut. Memahami konsep ABC tanpa ditempatkan
masyarakat sebagai penerima pesan dan pelaku secara inklusit dengan ketepatan
sasaran, yang terjadi adalah bias pemaknaan dan pelaksanaan. ABC adalah satu
kesatuan dalam ikatan –ikatan kerja “pilahan” dengan focus sasaran. A, B dan C
dalam memutus matarantai penyabaran HIV. Rangkaian dari bidang kerja-kerja
tersebut akan menghasilkan ikatan yang tidak bisa dilepas dari pemahaman sebuah
komunitas, bangsa bernegara atau masyarakat bumi, sebagai konsep “bersama”
memutus matarantai penyebaran HIV . ABC adalah bangunan dari sebuah masyarakat,
yang terdiri dari anak-anak, orang dewasa dan orang tua, didalamnya ada
perilaku, budaya dan nilai yang disepakati sebagai “nilai universal” untuk
menjadi masyarakat bumi yang berkemanusiaan. ABC sebagai “kesataun”
memperlihatkan gerak sinergi untuk berkerja “bersama” dalam ruang dan waktu
yang sama semua elemen masyarakat untuk bersama-sama mencegah lajunya pewabahan
HIV. ABC sebagai “pilahan” memperlihatkan pembagaian sasaran , dan ruang yang tegas
sebagai penghargaan perbedaan tapi punya kemauan yang sama untuk melakukan
kerja-kerja memutus matarantai penyebaran HIV.
A= Abstinence
Abstinence adalah tidak berhubungan
dengan orang lain selain pasangan. Aabstinence merupakan prinsip awal untuk mencegah
tertular virus HIV/AIDS. Dengan menerapkan abstinence berhubungan dengan selain
pasangan akan melingdungi kita dari penyebaran HIV/AIDS.
B= Be Faithful
Be faithful (setia) berarti melakukan hubungan seks hanya
dengan pasangan saja.
C= Condom
Condom artinya gunakan kondom saat
berhubungan seks.
2)
Pencegahan dari ibu ke anak
a. Pengobatan
Jelas bahwa
pengobatan preventatif antiretroviral
jangka pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan
HIV dari ibu ke anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling
makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman,
pengobatan ini dapat mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen
ARV khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan
dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis kepada
anak dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat
menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam bulan
terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan, dan kepada
sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan
di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan, risiko penularan
dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum, efektivitas regimen
obat-obatan akan sirna bila bayi terus terpapar pada HIV melalui pemberian air
susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya hanya dipakai di bawah
pengawasan medis.
b. Operasi ceasar
Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi
dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah
bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua
pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses
persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu
ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya
penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko
yang dihadapi sang ibu.
c. Menghindari pemberian ASI
Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala anak
disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu
penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu
formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini
hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak,
bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya
formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.
Contoh Kasus
Person
who infected HIV/AIDS
orang yang terinfeksi HIV/AIDS yaitu dengan ciri – ciri sebagai berikut:
•
Female
: perempuan
•
25
years old : berumur 25 tahun
•
Have graduated in senior high school : lulusan SMA
•
Low
knowledge: berpengetahuan rendah
•
Poor
family: dari keluarga kurang mampu
•
Heteroseksual:
menyukai lawan jenis
•
Married
: telah menikah
•
Have 4
kids: memiliki 4 anak
•
Housewife:
seorang ibu rumah tangga
•
Husband-employed (32 years old) : memiliki suami
dengan umur 32 tahun.
Husband Condition
•
Free sex before married : melakukan hubungan seks
sebelum menikah
•
Civil servant : bekerja sebagai PNS
•
His wife is his neighbour in village : memiliki
istri dari tetangganya di desa
•
Infected HIV in 29 years old : terinfeksi HIV/AIDS
pada umur 29 tahun.
Socio-economic
condition
•
Income middle
• High living
expenses of dependents 4 kids: 1) 5
years old; 2) 4 years old; 3) 3 years old infected HIV; 4) 1 years old infected
HIV
•
Living in a suburb
biological vulnerability
•
Young mother with 4 kids (19 years old married)
•
Women
•
Nutritional deficiencies
•
levels of labile emotions tend (high stress levels)
conclusion
•
The women has infected HIV positive from her husband
can infect her child
•
The feminization of HIV Epidemic
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar